Bupati pertama Cianjur yang dipercaya sebagai seorang yang alim dan sekaligus mempunyai derajat yang mulia disisi Allah SWT yang dan juga penyebar Islam di daerah Cianjur itu sendiri yang bernama Rd Kj.Aria Wiratandur atau penduduk sekirar biasa menyebutnya dengan sebutan Kj.Dalem Cikundul.Tepatnya di Kaampung Cijagang Desa Majalaya Kecamatan Cikalong kulon Kabupaten Cianjur.
Udara yang sejuk dan hamparan pemandangan yang hijau dan luasnya perbukitan menambahkan suasanya yang adem jauh dari hingar bingar kota yang penuh dengan keduniawian ini. Tampak dari kejauhan yang dikelililingi sebuah bukit berdiri bangunan yang kokok dan sederhana dengan artistik yang kental dengan nuansa Islaminya inilah bersemayam seorang arifin billah seorang waliallah sekaligus bupati pertama cianjur R Aria Wira Tanu Bin Aria Wangsa Gopa-rana periode (1677-1691) yang dikelan dengan sebutan Dalem Cikundul.
Diperkirakan areal luas makam sekitar 300 meter yang berada di atas tanah seluas 4 hektar ini dengan di temani bukit cijagang.Merupakan objek Wisata religi yang mempunyai daya pikat dan pesono yang tidak ada habisnya.
Menurut sejarah dan cerita yang berkembang ditengah-tengah masyarakat Cianjur, sekitar tahun 1529 kerajaan Talaga direbut oleh Cirebon dari Negara Pajajaran dalam rangka penyebaran agama Islam, sebagian besar rakyatnya memeluk agama Islam.Namun raja-raja Talaga. sepertihanya dengan
- Prabu Siliwangi
- Mun-dingsari
- Mundingsari Leutik
- Pucuk Umum
- sunan Parung Gangsa
- Sunan Wanapri
- Sunan Ciburang
Tetap mempertahankan ajarannya menganut agama lama Hindu.Namun yang menarik adalah putra dari Sunan Ciburang memiliki putra bernama Aria Wangsa Goparana yang tidak mengikuti jejak ayahnya Dan ia merupakan orang pertama yang memeluk agama Islam, sungguh malang nasib Aria Wangsa Goparana yang tidak direstui oleh orang tuanya. Dan ia Aria Wangsa Goparana memilih meninggalkan keraton Talaga. Untuk pergi menuju Sagalaherang. Dan Dari Anak Aria Wangsa Goparana inilah yang kelak akan menjadi babat bupati pertama Cianjur dan meneruskan perjuangan sang ayah Aria Wangsa Goparana.
Riwayat Babat RD. Aria Wiratanu 1 Raden Djayasasana Bin Aria Wangsa Goparana
Bilau lahir di Sagalaherang Subang Jawa Barat pada hari ahad tanggal 10 Robi`ul Akhir 1025 H atau bertepatan dengan 8 Mei 1616 M dan meninggal pada hari jum`at 13 Robi`ul Awwal 1118 H / 25 juni 1706 M.Jalur Silsilah RD. Aria Wiratanu Raden Djayasasana Bin Aria Wangsa Goparana
- NABI ADAM AS.
- NABI SYIS AS.
- ANWAR ( NUR CAHYA )
- SANGYANG NURASA
- SANGYANG WENANG
- SANGYANG TUNGGAL
- SANGYANG MANIK MAYA
- BRAHMA
- BRAMASADA
- BRAMASATAPA
- PARIKENAN
- MANUMAYASA
- SEKUTREM
- SAKRI
- PALASARA
- ABIYASA
- PANDU DEWANATA
- ARJUNA
- ABIMANYU
- PARIKESIT
- YUDAYANA
- YUDAYAKA
- JAYA AMIJAYA
- KENDRAYANA
- SUMAWICITRA
- CITRASOMA
- PANCADRIYA
- PRABU SUWELA
- SRI MAHAPUNGGUNG
- RESI KANDIHAWAN
- RESI GENTAYU
- LEMBU AMILUHUR
- PANJI ASMARABANGUN
- RAWISRENGGA
- PRABU LELEA ( MAHA RAJA ADI MULYA )
- PRABU CIUNG WANARA ( SANG MANARAH RAJA GALUH 739 - 783 M )
- SRI RATU DEWI PURBASARI ( SANG MANISTRI RAJA GALUH 783 - 799 M )
- PRABU LINGGA HIANG ( RAJA SUNDA - GALUH 799 - 1333 M )
- PRABU LINGGA WESI ( RAJA SUNDA - GALUH 1333 -1340 M )
- PRABU SUSUK TUNGGAL
- PRABU BANYAK LARANG
- PRABU BANYAK WANGI
- PRABU MUNDING KAWATI / PRABU LINGGA BUANA ( SANG MOKTENG ING BUBAT 1350 - 1357 M )
- PRABU SILIH WANGI 1 ( PRABU WASTU KENCANA ) RAJA SUNDA - GALUH 1371 - 1475 M )
- PRABU ANGGALARANG ( PRABU DEWA NISKALA RAJA GALUH / KAWALI 1475-1482 M )
- PRABU SILIH WANGI 2 RAJA PAKUAN PAJAJARAN 1482 - 1521 M ( RD.PAMANAH RASA ) Nikah ka Nyimas Padmawati :
- PRABU MUNDING SURYA AGEUNG / PRABU MUNDING WANGI /MUNDING LAYA DIKUSUMAH / MUNDING SARI AGEUNG / MUNDING SARI 2
- PRABU MUNDING SURYA LEUTIK / MUNDING SARI LEUTIK / MUNDING SARI 3
- PRABU PUCUK UMUM / RADEN RANGGA MANTRI( RAJA MAJA PLUS RAJA TALAGA TERAKHIR ) nikah ka
- RATU DEWI SUNYALARANG ( RATU PARUNG taun 1500 M ) / RATU WULANSARI putri
- SUNAN PARUNG / SUNAN CORENDRA / Raja Talaga Prabu Sakawayana 1450 M
- Rd. Ranggamantri di Islamkeun ku Raden Syarif Hidayatulloh Sunan Gunung Jati Cirebon dina taun 1529 M , prabu pucuk umum apuputra :
- SUNAN PARUNGGANGSA
- SUNAN WANAPERIH / SUNAN CIBINONG / RADEN ARIA KIKIS
- SUNAN CIBURANG / RADEN ARIA SARINGSINGAN
- Kampung Ciburang Desa Maniis Kec.Cingambul Kab.Majalengka
- SUNAN SAGALAHERANG / RADEN ARIA WANGSA GOPARANA
- PANGERAN NGABEHI JAYA SASANA / JAYA LALANA /
- RAJA GAGANG / WIRATANU I EYANG DALEM CIKUNDUL
Babat Perjalanan RD. Aria Wiratanu 1 Raden Djayasasana Bin Aria Wangsa Goparana
Waktu kecil beliau bernama Pangeran Jayalalana atau R. Ngabehi Jayasasana. Sang Ayahnya, Raden Aria Wangsagoparana yang juga masih keturunan raja Talaga, saat berumur 8 tahun RD. Aria Wiratanudatar mesantren di Cirebon mendalami ilmu agama Islam. Dan beliau adalah seorang santri yang paling cerdas dan berlian dalam bidang keagamaan,ilmu kemasyarakatan dan ilmu pemerintahan.Saat sebagian anggota kraton ada yang mengetahui bahwa ia adalah kerabat dari keraton Ceribon dari jalur Aria Wangsa Goparana kesultanan Cirebon diberi gelar Aria sebagai tanda anggota kerabat keraton. Menginjak usia dewasa beliau diminta oleh gurunya mendirikan Kadipaten di Cinengah, Supaya dapat mengamalkan dan menyebarkan agama Islam. Untuk menyebarkan agama Islam di tengah masyarakat kita yang waktu itu beragama Hindu dan Budha bukal hal yang gampang.
Rintangan dan tantangan dan hambatan datang dari berbagai sudut, Tapi berkat kepiawaiannya sedikit demi sedikit beliau bisa juga merangkul masyarakat sekitanyar untuk memeluk agama Islam.
Bahkan sejarah Cianjur mencatat sebagai salah seorang dari sekian ulama yang berhasil menyebarkan Islam di wilayah itu. Satu hal menarik mengenai pribadi RA. Wiratanudatar Cikundul, dalam catatan sejarah pernah ditulis bahwa beliau pernah bertapa selama 40 hari 40 malam ( dalam ilmu tashawwuf / Ilmu Kewalian disebut Riyadhoh dan Mujahadah ). Tafakur mendekatkan diri pada Allah SWT di batu agung, tinaragung, Sagala herang. RA. Wiratanudatar didatangi dan digoda putri Jin yang sangat cantik putera dari raja jin Islam bernama Syech Jubaedi. 3 puteri jin itu bernama Arum Cahaya, Arum wangi, Arum Endah dan pengasuhnya bernama Arum Paka. Karena kekhusyuan RA. Wiratanu 1, putri paling bungsu, Arum Endah, tertarik dan jatuh cinta kepada RA. Wiratanu 1. Akhirnya sang putri Jin menikah dan melahirkan 3 orang putera bernama Rd. Suryakencana, Rd. Andaka Wirusajagat dan Rd Endang Sukaesih. Sementara itu dari manusia biasa Rd. Aria Wiratanu datar mempunyai 11 orang putera.
Setelah itu ia mengembara ke daerah Cianjur menyusuri kali Citarum dengan membawa anak buahnya sebanyak 300 umpi. Setiap tempat disinggahinya sambil menyebarkan agama Islam dan ia pernah bertemu dengan Rd. H Abdulsyukur, Kiai Gunung Wayang.
Babat Bupati Pertama Cianjur
Setelah sampai di daerah Cianjur ia merintis untuk mendirikan kota Cianjur dan menjadi Dalem pertama Kadipaten Cianjur dengan wilayah kekuasaan sebagian wilayah Bogor dan Sukabumi. Sementara itu Cikundul yang sebelumnya hanyalah merupakan sub nagari menjadi Ibu Nagari tempat pemukiman rakyat Djajasasana. Beberapa tahun sebelum tahun 1680 sub nagari tempat Raden Djajasasana disebut Cianjur (Tsitsanjoer-Tjiandjoer). Lokasi yang pertama kali dipilihnya adalah sekitar kp. Pamoyanan, tepat di tepi Sungai cianjur, disanalah Dalem Cikundul mendirikan Pemerintahan, dengan membangun pendopo sebagai tempat atau pusat Pemerintahan, yang hingga kini gedung tersebut masih kokoh berdiri.masa pemerintahan Bupati Rd. Aria Wiratanu I ini antara tahun 1640- 1691 Masehi, setelah itu Pemerintahan di turunkan kepada Putra Pertama nya dari keturunan Manusia, (karena Dalem Cikundul Konon memiliki 2 Istri ,satu dari bangsa manusia dan satunya lagi dari Bangsa Jin,), yang bernama Rd. Aria Wiramanggala, Atau dalem Tarikolot, bergelar Aria Wiratanu II. dan memerintah dari tahun 1691 - 1707 Masehi.
Masa Senja
Setelah lanjut usia ia menetap di Kp. Majalaya dengan mendirikan Pesantren dan mengamalkan ilmu agamanya sampai wafatnya yakni wafat pada hari jum`at 13 Robi`ul Awwal 1118 H / 25 juni 1706 M. 1706 Masehi dan dimakamkan di puncak Bukit Cijagang. Kampung Majalaya, Desa Cijagang, Kecamatan Cikalong-kulon. Cianjur, Jawa Barat , dan Beliau meninggalkan putra-puteri sebanyak 11 orang diantaranya :
- Dalem Aria wiramanggala. ( Aria Wiratanu II )
- Dalem Aria Martayuda (Dalem Sarampad).
- Dalem Aria Tirta (Di Karawang).
- Dalem Aria Natamanggala (Dalem aria kidul / Gunung jati cjr),
- R.Aria Wiradimanggala(Dalem Aria Cikondang)
- Dalem Aria Suradiwangsa (Dalem Panembong),
- Nyi Mas R. Kaluntar .
- Nyi Mas R. Bogem
- Nyi Mas R. Karangan.
- Nyi Mas R. Kara
- Nyi Mas R. Djenggot
Dan dari bangsa jin Islam, memiliki 2 orang putra - dan 1 putri, yaitu
- Eyang Surya-kancana Mangku bumi . yang hingga sekarang dipercayai bersemayam di Gunung Gede atau hidup di alam jin.
- Nyi Mas Indang Kancana alias Indang Sukaesih alias Nyai Mas Kara, bersemayam di Gunung Ceremai,
- R. Andaka Warusajagad di gunung kumbang Karawang
Alasannya ditakutkan tidak bisa membawa pada akhlak yang baik dan tidak sanggup membawanya ke jalan yang benar, karena kalau akhlak tidak baik berarti menyalahi ruhnya agama sehingga berubah asal kata Raden / Ruhdin menjadi Ra= Rada dan Den = Edan jadi Raden = Rada Edan......
maka dari itu semoga kita menjadi manusia yang mengedepankan Akhlak yang baik, Silih Asih, Silih Asuh, Silih Asah, dan Silih mewangikan sampai sepanjang masa.
Bertitik tolak dari situlah, Dalem Cikundul sebagai leluhurnya sebagian masyarakat Cianjur, yang tidak terlepas dari berdirinya pedaleman (kabupaten) Cianjur. Maka Makam Dalem Cikundul dijadikan tempat ziarah yang kemudian oleh Pemda Cianjur dikukuhkan sebagai obyek wisata ziarah, sehingga banyak dikunjungi penziarah dari pelbagai daerah.Selain dari daerah-daerah yang ada di P Jawa, banyak juga penziarah dari luar P Jawa seperti dari Bali. Sumatra. Kalimantan, banyak juga wisatawan mancanegara. Penziarah setiap bulan rata-rata mencapai 30.000 lebih pengunjung, mulai dari kalangan masyarakat bawah, menengah, hingga kelas atas, dan ada pula dari kalangan artis.
Maksud ziarah itu sendiri sebagaimana diajarkan dalam Islam, supaya orangeling akan kematian. Disamping itu, ziarah kepada syuhada solihin selain mandoakanya juga untuk tawasul memohon kepada Allah SWT melalui syuhada solihin sebagai perantara terhadap Allah SWT. Karena syuhada solihin lebih dekat dengan Allah SWT. umumnya yang berziarah antara lain ada yang ingin memperoleh kelancaran dalam kegiatan usahanya, dipercaya atasan, cepat memperoleh jodoh, dan lainnya. Sebelum melaksanakan ziarah di pintu masuk makam harusnya diberi nasehat-nasehat oleh juru kunci, dimaksudkan agar tidak sesat(tidakmenyimpang dari akidah dan tidak terjerumus kedalam jurang kemusyrikan
Makam Dalem Cikundul. semula kondisinya sangat sederhana. Tahun 1985 diperbaiki oleh Ny Hajjah Yuyun Muslim Taher istrinya Prof Dr Muslim Taher (Alm) Rektor Universitas Jayabaya, Jakarta. Biaya perbaikannya menghabiskan sekitar Rp 125 juta.Sekarang ini, biaya perawatannya Selain dari para donator tetap juga hasil infaq so-dakoh dari para pengunjung. Belum lama ini telah selesai dilakukan perbaikan atap bangunan gedung utama ber ukuran 16x20 meter, perbaikan masjid untuk wanita berukuran 7x7 meter. Menyusul akan dibangun lantai II tempat peristirahatan bagi para peziarah.
Di tempat berziarah Makam Dalem Cikundul ini. banyak disediakan Fasilitas untuk para penziarah mulai dari masjid untuk wanita dan laki-laki serta tempat peristirahatan. Dan sebelum memasuki areal tempat berziarah ada pula penginapan yang dikelola Dipenda Kabupaten Cianjur.Sebagai penziarah ada yang memiliki anggapan bila berziarah ke Makam Dalem Cikundul menghitung jumlah tangga sesuai dengan jumlah tangga sebenarnya, dapat diartikan maksud atau tujuan hidupnya akan tercapai. Itu sebabnya, tidak heran para penziarah ketika naik tangga untuk menuju sebuah bukit tempat Makam Dalem Cikundul. sambil menghitung jumlah tangga.jumlah tangga yang menuju lokasi makam yaitu tangga tahap pertama Jumlahnya 170 tangga.
Kenapa tangga itu dibuat 170 buah. Dikemukakan bahwa jumlah itu diambil dari bilangan atau hitungan membaca ayat kursi yang sering dilakukan orang, yang juga sering dilakukan Dalem Cikundul. dan jumlah tangga tahap kedua sebanyak 34 buah."Mengenai ada anggapan apabila menghitung tangga sama Jumlahnya sama dengan jumlah tangga yang sebenarnya,insyaallah konon do'anya bakal dikabul segala maksud atau keinginan, tergantung kepercayaan masing-masing atau hanya sugesti saja." karena hal ini tergantung kebersihan niat dari para peziarah.
Babat Rundayan Para Bupati Cianjur Dari periode 1940-2011
- R.A. Wira Tanu I /Rd Djayasasana (1640-1691)/(1677-1691)
- R.A. Wira Tanu II / Rd.Aria Wiramanggala)(1691-1707)
- R.A. Wira Tanu III /RA. Astra Manggala(1707-1727)
- R.A. Wira Tanu Datar IV/ Rd. Sabirudin(1927-1761)
- R.A. Wira Tanu Datar V /Dalem Muhyidin(1761-1776)
- R.A. Wira Tanu Datar VI/Dalem Aria Enoh (1776-1813)
- R.A.A. Prawiradiredja I (1813-1833)
- R. Tumenggung Wiranagara (1833-1834)
- R.A.A. Kusumahningrat (Dalem Pancaniti) (1834-1862)
- R.A.A. Prawiradiredja II (1862-1910)
- R. Demang Nata Kusumah (1910-1912)
- R.A.A. Wiaratanatakusumah (1912-1920)
- R.A.A. Suriadiningrat (1920-1932)
- R. Sunarya (1932-1934)
- R.A.A. Suria Nata Atmadja (1934-1943)
- R. Adiwikarta (1943-1945)
- R. Yasin Partadiredja (1945-1945)
- R. Iyok Mohamad Sirodj (1945-1946)
- R. Abas Wilagasomantri (1946-1948)
- R. Ateng Sanusi Natawiyoga (1948-1950)
- R. Ahmad Suriadikusumah (1950-1952)
- R. Akhyad Penna (1952-1956)
- R. Holland Sukmadiningrat (1956-1957)
- R. Muryani Nataatmadja (1957-1959)
- R. Asep Adung Purawidjaja (1959-1966)
- Letkol R. Rakhmat (1966-1966)
- Letkol Sarmada (1966-1969)
- R. Gadjali Gandawidura (1969-1970)
- Drs. H. Ahmad Endang (1970-1978)
- Ir. H. Adjat Sudrajat Sudirahdja (1978-1983)
- H. Arifin Yoesoef (1983-1988)
- Drs. H. Eddi Soekardi (1988-1996)
- Drs. H. Harkat Handiamihardja (1996-2001)
- Ir. H. Wasidi Swastomo, Msi (2001-2006)
- Drs. H. Tjetjep Muchtar Soleh, MM (2006-2011)
Sekali lagi ini hanya sebuat babat yang diambil dari berbagai sumber. Hatur Nuhun...
0 komentar:
Posting Komentar